Saya teringat dengan sahabat sejurusan, dia seorang yang pintar dan selalu mendapatkan IP 3, hidupnya hanya mengejar nilai,pujian dan harga diri. Dia selalu berkata bahwa dia orang pintar dan layak mendapatkan pujian serta nilai yang bagus.
Suatu ketika diakhir kuliah disaat proses penyusunan skripsi, hidupnya hancur, malu dan tak tahu harus berbuat apa. Dosen pembimbing selalu saja mencoret-coret bagian-bagian skripsinya, dia berfikir bahwa dosen mentor ini, tidak bisa mengahargai hasil karya sesorang dan tidak menghargai kepintaran sesorang.
Dia mulai memilih jalan pintas, membiarakan skripsinya terbengkala begitu saja, dia bersembunyi dibalik masalahnya dan membiarkan waktu berlalu begitu saja dengan berharap keadaan akan berubah.
Sejujurnya saya tak kuasa melihat perubahan dalam hidupnya ketika dihadapkan pada masalah, saya mulai menyapanya, " lihatlah hidup mu? Semua yang kau saksikan tidak ada kaitannya dengan dirimu", dia diam saja, lalu saya melanjutkan " kritik dan coret-coret hasil karya mu, memang semua itu pekerjaan dosen, dan pekerjaan kamu belajar, memperbaikinya menjadi lebih bagus" .
Satu minggu kemudian, dia mulai bekerja keras, mendengarkan dengan baik kritik dosen, lalu memperbaikinya lagi dan akhirnya skripsinya diterima dengan baik .
Satu hal yang dapat kita pelajari dari sini bahwa kepintaran, kecerdasan dan pujian bukanlah tujuan hidup, kalau kita menggangap semua ini adalah segalanya maka kritikan, masalah dan penilaian akan membuat kita hancur. Jadilah manusia yang pekerja kerja keras, yang hanya fokus pada perkembangan diri.
Kawan saya tadi berkata " ketika ada orang mengkritik ku,aku akan berkata,oh itu memang pekerjaan mereka dan tugas ku adalah memperbaiki diri menjadi lebih baik".