Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan Balai
Pustaka, Opini disebutkan sebagai ”pendapat; ”pikiran,” atau ”pendirian,”
Opini memang bisa diartikan
sebagai pandangan seseorang tentang suatu masalah. Tidak sekadar pendapat,
tetapi pendapat ilmiah. Pendapat yang bisa dipertanggungjawabkan dengan
berdasar dalil-dalil ilmiah yang disajikan dalam bahasa yang lebih
popular. Karena itulah, untuk menulis opini juga dibutuhkan riset. Riset
merupakan penguat dari argumentasi penulis untuk menekankan gagasannya. Opini
inilah yang ditulis dan dituangkan dalam bentuk ”artikel.”
1 1. Pengetahuan Bidang/Masalah Tertentu.
Penulis opini memiliki otoritas akan bidang yang memang layak bagi dia
untuk diketengahkan kepada masyarakat. Ini bekal utama seorang penulis opini.
Jika ia ahli pertanian, tentu masyarakat akan percaya akan seluk beluk tanaman
yang ditulisnya daripada yang menulis seorang sarjana hukum.
Pengetahuan bidang tertentu ini sangat penting, juga terutama untuk
”legitimasi” diri seorang penulis di depan publik.
- Ide dan Gagasan
Ide merupakan barang termahal yang dimiliki penulis -apa pun dan
siapa penulis itu. Ide bisa tumbuh dari mana pun. Penulis yang terlatih tidak
pernah kehabisan ide untuk menulis opini. Karena ide bisa muncul di mana pun,
maka seorang penulis biasanya langsung menulis ide-ide yang didapatnya
begitu ide itu muncul. Ide itulah yang kemudian dikembangkannya begitu ia
memiliki waktu untuk menulis. Misalnya, di sini, seorang penulis membaca atau
mendapati kenyataan tentang makin sedikitnya para mahasiswa tertarik dan ikut
pada kegiatan-kegiatan kampus. Penulis opini kemudian mendapat ide:
membandingkan fenomena ini dengan lima atau sepuluh tahun sebelumnya dan
kemudian menganalisa sebab musabahnya.
- Argumentasi Gagasan
Argumentasi ini sesungguhnya pasti dimiliki seseorang jika orang itu memang
menulis bidangnya. Ini memang berkaitan dengan nomor 1 (pengetahuan bidang yang
dimilikinya). Argumentasi penting karena di sinilah pembaca akan mengetahui
”kadar” keilmuan seorang penulis opini. Semakin kuat dan logis argumentasi yang
ditampilkannya, maka akan semakin memperkuat gagasan yang ditulisnya.
- Teknik Penulisan Opini
Penulisan opini di media massa berbeda dengan penulisan di media
ilmiah. Pembaca media massa sangat beragam. Karena itu, penulisan opini di
media massa harus memakai bahasa yang komunikatif, tidak bertele-tele, dan
ringkas. Kecenderungan pembaca kini adalah membaca tulisan yang tidak panjang,
enak dibaca, dan gampang dicerna.
- Pengetahuan Bahasa
Kegagalan penulis opini dari kalangan ilmiah biasanya terletak pada
penggunaan bahasa. Penulis opini dari latar belakang ilmiah harus belajar untuk
memakai bahasa yang gampang dimengerti masyarakat, sehingga bahasa yang
ditulisnya, efektif, efisien, dan mudah dimengerti.
Jika pun penulis opini ingin menampilkan istilah asing, ia harus pula
mencari padanan dalam bahasa Indonesia. Penulis opini bahkan tidak usah
khawatir untuk menampilkan idiom-idiom bahasa daerah jika dipandang menarik.
Nasehat untuk ini: jangan sekali-kali menganggap pembaca sama tahunya
seperti kita. Beberapa kata yang tidak efektif bisa dipangkas untuk
menghasilkan tulisan yang padat. Kata-kata itu, misalnya, ”oleh,”
”adalah,” ”itu,” ”tersebut” dll.