Ada waktu-waktu tertentu yang mendapat prioritas doa diterima oleh allah
SWT:
1. Waktu antara adzan dan
iqomat.Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Tidak akan ditolak, suatu
doa yang dipanjatkan
antara waktu adzan dan icjomah." (HR. Tirmidzi).
2. Waktu sepertiga malam
yang terakhir dan sesudah sholat wajib. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Tuhan turun ke langit dunia pada sepertiga
malam yang terakhir. Dan berfirmanlah Dia: "Siapa yang berdoa kepada- Ku, maka Aku perkenankan doanya. Siapa yang meminta
ampun kepada-Ku, maka Aku ampuni dia." (HR. Bukhori dan Muslim). Abi Umamah ra. mengutarakan, seseorang
bertanya kepada Nabi, ’’YaRosulullah, kapankah doa itu paling didengar oleh Allah?’’ Muhammad Rosulullah
saw bersabda: ’’Pada akhir malam, dan sesudah
sholat wajib". (HR. Tirmidzi)
3. Sepanjang hari Jum’at.
4. Ketika khotam (tamat)
membaca Al-Qur’an 30 juz.
5. Ketika sujud. Muhammad
Rosulullah saw. bersabda, "Saat paling dekat antara hamba dengan
Tuhannya adalah ketika
sedang bersujud, karena itu perbanyaklah doa pada saat itu". (HR.
Muslim, Abu Dawud, dan Nasai
dari Abu Huroiroh r a)
6. Kala melakukan thowaf
(mengelilingi ka’bah).
7. Saat turun hujan atau
menghadapi musuh di medan perang. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Berdoalah pada waktu doa- doa itu diperkenankan Tuhan,
yakni pada saat berjumpa dengan pasukan musuh, ketika akan melaksanakan sholat, dan ketika turun hujan." (HR..
Asy-Syafi’I).
Tempat-tempat tertentu yang mendapat priorotas dari
Allah SWT, diterimanya doa adalah:
1.
di depan dan di dalam Ka’bah.
2.
di Masjid Muhammad Rosulullah saw.
3.
di belakang makam Nabi Ibrohim as.
4.
di atas bukit Shofa dan Marwah.
5.
di Arofah, di Mudzalifah, di Mina, dan di sisi jamarot yang tiga.
6.
Di tempat-tempat yang mulia lainnya seperti Masjid dan Musholla.
ETIKA DALAM BERDOA
Mengingat doa adalah ibadah sebagaimana
sabda Muhammad Rosulullah saw. di atas, maka ada beberapa etika yang harus kita
terapkan dalam berdoa. Berikut penulis ramukan etika dalam berdoa dari beberapa
ayat dalam Al-Qur’an, serta petuah Imam Ghozali yang tertuang dalam Ihya
Ulumuddin, petuah Al-Qusyairi, dan petuah Imam Nawawi.
1.
Bertobat sebelum berdoa, lalu menghadapkan diri kepada Al¬lah dengan
sungguh-sungguh dan khusyu’.
2.
Disunnatkan menghadap kiblat.
3.
Seyogyanya doa-doa itu diawali dan diakhiri dengan puji-pujian kepada Allah
SWT.
4.
Mengakui keagungan Allah SWT dengan segala kerendahan diri dan hati (QS.
6/Al-An’am: 42).
5.
Mengucapkan doa dengan suara yang sedang (tidak keras dan juga tidak
berbisik) dan lembut. "Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan
suara yang lembut. Sungguh Dia tidak menyukai or¬ang-orang yang melampaui
batas." (QS. 7/Al-’Arofi 55)
6.
Memanjatkannya dengan perasaan takut (tidak akan diterima) dan berharap
(untuk dikabulkan). "Berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh
harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat
kebaikan." (QS. 7/Al-A’rof: 56).
7.
Tidak perlu berpantun, dan/atau dengan pengucapan berirama. Cukuplah dengan
kata-kata yang baik yang mencerminkan kerendahan kedudukan kita sebagai hamba
di hadapan Allah SWT, serta sederhana dan tepat mengenai sesuatu yang kita
inginkan. Alangkah lebih baik jika kita memanjatkan bacaan- bacaan doa yang
telah dicontohkan Muhammad Rosulullah saw. yang kandungan maknanya sesuai
dengan kehendak kita juga,
8.
Mengulang doa sampai dua atau tiga kali, yakni doa tentang sesuatu yang
kita prioritaskan memohonkannya kepada Allah SWT.
9.
Ditutup dengan bacaan sholawat, kemudian dilanjutkan dengan bacaan
Subchaana robbika robbil ’izzati ’aammaa
yashifuun. Wa salamun ’alal-mursaliina wal chamdulillaahi robbil ’alaamiin.
(Maha Suci Tuhan, Tw/ian yang memiliki
kebesaran/kesucian dari sifat rendah yang mereka sifatkan. Dan kesejahteraan
itu atas segala rosul yang telah diutus Tuhan. Dan puji-pujian hanyalah bagi
Allah, Tuhan sekalian alam).